Ach. Musyaffa'
Mahasiswa STAIN Pamekasan Semester V
Mengapa Umat Islam Harus Kaya?
Barangkali ini adalah hal yang salah menurut
pandangan Anda, atau bahkan sesuatu yang tidak layak diucapkan. Namun sebelum
Anda berpendapat seperti itu mari simak beberapa ulasan dibawah ini mengapa
umat islam harus kaya.
Ada beberapa alasan mengapa umat islam harus kaya diantaranya:
1. Tangan Diatas Lebih Baik dari Pada
Tangan Dibaawah
Kalau
kita pahami sejumlah ayat dan hadits, secara tersirat Islam lebih menyukai umat
yang kuat dan kaya dibandingkan yang lemah dan miskin. Kita pernah mendengar
ungkapan "Tangan di atas lebih baik dibandingkan tangan
dibawah". Ternyata ungkapan itu berasal dari hadits Rasullah saw.
"Karena tangan di atas atau yang memberi lebih utama dari tangan di bawah
atau yang menerima. Dan muliakanlah dengan orang yang kau tanggung."
(Al-Hadits).
Kita pasti sudah
mengerti arti hadits di atas bahwa memberi lebih utama dibanding menerima.
Lalu, apa yang bisa kita berikan?. Kita bisa memberikan segala hal kepada orang
lain yang memerlukan, baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Bagaimana
mungkin kita bisa memberi jika kita miskin yang tidak punya apa-apa untuk
diberikan kepada orang lain?. Kita harus punya banyak hal agar bisa menjadi
yang memberi. Kita harus menjadi kaya ilmu, kaya hati, dan kaya meteri.
Jika kita membaca Al
Quran maka ayat-ayat yang berkaitan dengan orang miskin dan kaya selalu
menyerukan bahwa orang kaya harus memberi kepada orang miskin. Karena
dalam setiap kekayaan yang kita miliki selalu ada hak untuk orang miskin.
Maknanya, kita harus mempunyai sesuatu agar bisa membagikan kepada orang
lain. Berapapun yang kita miliki maka sebagiannya menjadi hak orang
miskin.
Dalam
berbagai literatur Islam, tidak ada satupun ayat atau hadits yang melarang
umatnya menjadi orang kaya. Justru Islam mengajak seluruh umatnya agar menjadi
kaya dan suka memberi dibanding meminta. Dalam hal ini pemberi berarti
memiliki kedudukan yang lebih dibanding orang yang menerima. Bagaimana
mungkin kita dapat memberi kepada orang lain, sementara untuk diri sendiri saja
masih belum cukup. Makanya secara tidak langsung Allah Swt. dan
Rasulullah saw. mengajak umat Islam menjadi manusia yang berkecukupan dalam hal
meterial maupun spiritual.
Di dalam ajaran agama
Islam, setiap orang yang memiliki harta harus memanfaatkannya di jalan mulia,
yaitu memberi dan menolong orang lain khususnya orang miskin. Kekayaan
bukan untuk diri sendiri melainkan ada hak orang lain di dalamnya. Hal
yang tidak pantas seorang muslim hanya memanfaatkan harta benda untuk diri
sendiri. Ia harus membagikannya kepada orang miskin yang membutuhkannya.
Pertanyaannya, siapa yang lebih disukai oleh Allah? Jawabannya, Allah
menyukai orang Islam kaya yang suka memberi dan menolong orang lain.
2. Kemiskinan Sangat Dekat Dengan Kekufuran
Betapa tidak, jaman
yang begitu kejamnya sekrang ini betapa banyak orang yang ikut alirasan sesat
hanya karena tidak memiliki uang demi kebutuhan sehari-hari? berapa banyak
wanita menjual dirinya karena tidak mencukupi kebutuhan sehari-haarinya? Betapa
banyak pemuda merampok karena tidak memiliki pendapatan?
Ada beberapa hadits
lain yang menyebutkan secara implisit agar umat Islam harus kaya. Hadits
Rasulullah saw. ini membuat bulu kuduk merinding, "Sesungguhnya
kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran" (Al Hadits). Beliau juga
melarang kita untuk bermalas-malasan atau pasrah akan nasib sebagai orang
miskin seperti sabdanya : "Setiap muslim harus berusaha sekuat tenaga
agar keluar dari kemiskinan dan semakin jauh dari kekufuran" (HR.
At-Thabrani)
"Aku berlindung kepada-Mu dari
kemiskinan dan kekufuran" (HR. Abu Daud).
Nabi saja
memohon kepada Allah berlindung dari kemiskinan dan kekufuran, karena memang
keduanya sangat berkaitan, dan saling berhubungan yaitu kebanyakan manusia akan
terjatuh kedalam kekafiran akibat miskin.
3. Umat Islam Bisa Memperjuangkan Agama Islam dengan
Kekayaan
Betapa
banyak umat islam sekarang gara-gara bekerja kepada non muslim meninggalkan
shalatnya karena tidak ada waktu untuk shalat waktu kerja? Betapa banyak umat
islam hari ini bekerja dengan non muslim dilarang memakai pakaian muslimah?
Saatnya
umat islam sekarang harus kaya, umat islam harus memiliki perusahaan sendiri
yang dikelola dengan islami dan mengajak para kariawan untuk taat beribadah
kepada Allah, shalat tepat waktu, memakai pakaian muslimah dan menaati aturan
Allah secara benar. Ini merupakan cara paling efektif dan efisien di jaman
modern kali ini untuk memperjuangkan agama islam dengan kekayaan. Tidak boleh
ekonomi dikuasai oleh orang-orang yang kontra terhadap islam karena mereka
menginginkan islam musnah dimuka bumi ini.
Pandangan dari umat Islam, khususnya di Indonesia terhadap istilah
kaya memang lebih berkonotasi negatif dibanding positif. Buktinya kalau kita
mendengar setiap ceramah oleh ustad atau kiyai atau membaca buku-buku cerita, cerpen
serta novel, atau tayangan-tayangan tv, Kaya akan selalu identik dengan
sifat-sifat yang keji, pelit, kikir, rakus, dan tukang menumpuk harta.
Jarang ada cerita orang
kaya yang digambarkan dermawan, baik hati, dan taat kepada Allah.
Kaya
identik dengan harta benda. Kita tidak boleh munafik bahwa kekayaan sering
diartikan sebagai banyak harta. Namun di dalam ajaran Islam kaya harta
saja tidak cukup. Orang kaya harus disertai dengan sifat-sifat baik,
seperti bijaksana, murah hati, dan taat pada Allah. Orang juga tidak bisa hanya
kaya harta atau hati tetapi juga ilmu. Orang kaya seperti itulah yang selalu
disebutkan di dalam Al-Quran dan Hadits. Allah mencela kepada orang yang hanya
gemar menumpuk harta, tanpa memelihara hatinya. Untuk mendapatkan keduanya,
orang itu wajib menimba ilmu yang benar.
Hingga
kini gambaran negatif terhadap orang kaya begitu melekat di kebanyakan benak
umat Islam. Mereka ragu dan takut untuk menjadi orang kaya. Kalaupun
mereka mempunyai harta banyak akan disembunyikan karena takut di cap sebagai
orang kaya. Efeknya, pandangan negatif itu pun menerpa umat lain yang kaya.
Jangan heran jika di berbagai pelosok daerah melihat orang pemeluk agama
non-Islam yang kaya akan dibenci oleh penduduk di sekitarnya. Bahkan orang
Islam yang kaya pun mendapat pandangan negatif dari warga di daerah itu.
Bila ada orang Islam kaya melakukan perbuatan salah maka masyarakat akan
mengecapnya negatif dengan sebutan seperti, kikir, rakus, atau si penumpuk
harta.
Sudah
saatnya paradigma keliru semacam ini dihapus dari pikiran umat Islam. Allah
swt. dan Rasulullah saw. selalu menyerukan pada umat Islam agar berfikir
positif (husnudzhon). Lalu mengapa kita berfikir negatif pada orang kaya.
Secara tidak sadar, umat islam di Indonesia sudah melabrak norma agamanya
sendiri. Padahal umat Islam di negeri lain misalnya, Brunei Darussalam,
Malaysia, dan Arab Saudi relatif kaya raya. Paling tidak, mereka lebih
sejahtera dibanding umat Islam Indosia. Mereka menganggap kekayaan sebagi aset
positif untuk perkembangan umat. Maka umat Islam di Indonesia dihadapkan pada
dua pilihan, yaitu tetap sengsara seperti sekarang atau mau mengubah nasib
untuk anak cucu kelak.
Paradigma
yang keliru juga berlaku pada uang. Bahkan uang dianggap sebagai racun.
Padahal, uang dalam pandangan Islam hanya sekedar alat tukar dalam perniagaan.
Oleh karena itu kita sebaiknya lebih menghargai uang bukan menjadi gelap mata
hanya karena benda yang satu ini. Pandangan positif atau negatif terhadap uang
tergan tung orang yang memanfaatkannya dan mengelolanya.
Kita
mengakui bahwa uang diperlukan dalam kehidupan ini. Untuk itu kita perlu
memandang uang dari sisi positif bukan negatifnya. Paradigma keliru terhadap orang
kaya dan uang harus segera diperbaiki mulai sekarang demi kemajuan Islam
dan bangsa Indonesia pada umumnya.
4. Lebih Baik Kaya dari Pada Miskin
Apakah
orang miskin boleh lupa kepada Allah? Tentu tidak. Demikian pula orang kaya
tidak sepantasnya melupakan Allah dan Rasulullah. Kaya atau miskin adalah
sebuah keadaan yang dapat dipilih oleh seseorang. Toh dari kedua kondisi tersebut,
sama saja dihadapan Allah. Hal yang membedakan manusia adalah ketakwaannya.
OLeh karena itu lebih baik taat kepada Allah dalam keadaan kaya
dibanding miskin.
Saat ini
masih banyak orang yang mengatakan bahwa Allah melarang hambaNya
menumpuk harta. Pertanyaanya adalah menumpuk harta seperti apa? . Apakah salah
kalau kita menumpuk harta untuk dimanfaatkan di jalan Allah? Hal yang
keliru adalah menumpuk harta untuk kepentingan sendiri. Jangankan menumpuk
harta, Allah melarang segala hal yang melampau batas. Ilmu inilah yang harus
kita pahami. sehingga kita tidak melampaui batas dalam semua hal termasuk harta
benda.
Allah dan
Rasulullah khawatir terhadap kondisi umat Islam yang miskin. Pasalnya pada
kondisi miskin memaksa orang untuk sengaja melupakan Allah. Kondisi miskin
sangat menyiksa sehingga sering timbul prasangka buruk (zhuuzzon) terhadap
Allah . Mereka akan mengatakan Ya Allah kenapa engkau jadikan aku seperti
ini? sedangkan orang lain tidak miskin sepeti aku? Hal ini telah disabdakan
oleh Rasulullah saw : "Kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran" (HR
At-ThabranI)
Jadi
Apakah ada ayat dan hadits yang melarang umat Islam menjadi kaya?
Jawabannya tidak ada. Kecuali larangan untuk bermegah-megahan dan menumpuk
harta hanya untuk diri sendiri.
Kaya atau
miskin sangat mungkin orang terlalu mencintai dunia. Oleh karena itu Allah
mengingatkannya, jadilah orang kaya yang berkecukupan dalam hal ilmu,
harta dan hati, dengan niat agar bisa semakin banyak memberi kepada orang lain
khususnya orang miskin.
Ia bisa
memberi nasehat, memberi ilmu, dan memberi sebahagian hartanya kepada yang
berhak menerimanya.
Allah
juga melarang hambaNya beribadah tanpa menguasai ilmunya. Demikian hal nya
dalam mengejar harta, mencari ilmu, dan memupuk hati, kita harus menguasai
ilmunya agar tidak tersesat. Jadikan semua unsur kehidupan ini sebagai ibadah
yang dilandasi dengan Ilmu yang benar.